Saat COVID-19 Telah Jadi Endemi, Perlukah Mengkonsumsi Vitamin D?

JagatBisnis.com – Saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia dua tahun lalu, beragam suplemen pun diburu. Tak terkecuali suplemen Vitamin D yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Seiring berjalannya waktu, vitamin D seolah jadi ‘kebutuhan wajib’ yang harus dipenuhi. Sebab, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sinar matahari tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan vitamin D harian.

Pentingnya konsumsi vitamin D saat endemi
Setelah mengalami gelombang ketiga pandemi, keadaan Tanah Air pun berangsur pulih. Kasus positif COVID-19 mulai turun dan tingkat kesembuhan semakin naik. Pemerintah juga terus menjalankan kebijakan transisi menuju endemi dengan melonggarkan aturan-aturan pembatasan yang berlaku.

Lantas, meski COVID-19 nantinya akan menjadi , masih perlukah kita mengonsumsi vitamin D?

Sejatinya, vitamin D tetap diperlukan tubuh —terlepas dari situasi pandemi atau endemi. Dalam penelitian yang dilansir National Institutes of Health, nutrisi dari vitamin D dapat meningkatkan fungsi sel-sel kekebalan tubuh, seperti sel-T dan makrofag, yang akan melindungi tubuh dari patogen penyebab penyakit.

Baca Juga :   Ini Bahayanya Jika Kamu Makan Terlalu Banyak saat Sahur

Tak hanya itu, dalam jurnal yang diterbitkan Universitas Harvard, Inggris, vitamin D dapat mengurangi pertumbuhan sel kanker, membantu mengendalikan infeksi, dan mengurangi peradangan.

Namun, ahli gizi Universitas Gadjah Mada, Dian Caturini Sulistyoningrum, B.Sc., M.Sc., justru menemukan bahwa angka defisiensi vitamin D di Indonesia masih cukup tinggi. Dalam penelitian pada anak-anak berusia 15-18 tahun di 10 sekolah Yogyakarta tahun 2018 itu, ditemukan bahwa hampir 100 persen dari sampel penelitian mengalami defisiensi vitamin D.

Di sisi lain, tim peneliti Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (Fema IPB) menemukan, sebanyak 57,6 persen pekerja wanita berusia 35-45 tahun tidak memiliki asupan vitamin D yang cukup. Sementara itu, 30,5 persen di antara sampel mengalami defisiensi vitamin D.

Baca Juga :   Sapharma Luncurkan Suplemen Herbal untuk Tingkatkan Vitalitas

Padahal, seseorang yang kekurangan vitamin D dapat mengalami gejala-gejala tertentu dalam kesehariannya. Tak hanya mudah sakit, namun juga mudah mengalami kelelahan tanpa sebab, nyeri tulang, otot, dan punggung, serta memiliki kecemasan berlebih.

Cara mencukupi kebutuhan vitamin D harian
Dengan banyaknya manfaat yang didapat, segala rentang usia pun dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan vitamin D hingga mencapai kadar normal. Tak perlu khawatir soal risiko toksisitas akibat kelebihan vitamin D, sebab selama dikonsumsi sesuai anjuran, risiko tersebut dapat

diminimalisir.
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2019, kebutuhan harian vitamin D adalah 400 IU untuk bayi di bawah 1 tahun, 600 IU untuk anak usia ≥1 tahun, remaja, dewasa, ibu hamil dan menyusui, serta 800 IU untuk usia ≥65 tahun.

Baca Juga :   Ini Waktu yang Tepat Deteksi Dini Kanker Prostat

Sementara itu, untuk orang dengan paparan sinar matahari yang kurang, baik anak dan orang dewasa memerlukan dosis vitamin D 800-1000 IU/hari. Anda juga bisa melakukan pemeriksaan kadar vitamin D 25-OH total untuk mengukur kadar vitamin D dalam tubuh. Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar vitamin D yang ada di dalam darah ada dalam batas rendah, normal, atau terlampau tinggi.

Selain rutin berjemur dan berolahraga, jangan lupa menambah Prove D3 dalam suplemen harian Anda agar kebutuhan vitamin D senantiasa tercukupi.

Mengandung vitamin D3 (cholecalciferol) yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak maupun orang dewasa, Prove D3 dapat menjadi asupan suplemen harian maupun terapi defisiensi vitamin D. Suplemen ini juga bebas gluten, pewarna, alkohol, serta telah mendapatkan sertifikasi halal. (pia)

MIXADVERT JASAPRO