Harga BBM di Indonesia Ternyata Lebih Murah Kedua di ASEAN

JagatBisnis.com – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI menilai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia masih tergolong murah. Namun, harga BBM di Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang ternyata jauh lebih murah lagi.

Meski harga BBM di Indonesia jauh lebih mahal dari Malaysia, namun harga tersebut masih lebih murah ketimbang harga BBM di negara-negara ASEAN.

Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan harga BBM jenis Pertamax dengan nilai oktan 92 di Indonesia masih jadi yang termurah setelah Malaysia. Sebab di beberapa negara ASEAN harganya sudah lebih mahal dari Indonesia.

Tulus menjelaskan, harga BBM dengan nilai oktan 92 (Pertamax) di Singapura mencapai Rp30.800/liter, Thailand Rp20.300/liter, Filipina Rp18.900/liter, dan di Vietnam Rp19.000. Bahkan, di Laos harganya Rp18.000, sedangkan di Kamboja dan Myanmar harganya Rp16.600/liter.

Baca Juga :   Pertamina Temukan Cadangan Baru di Aceh

“Dikhawatirkan, jika harga di Indonesia sangat rendah, maka bisa memicu aksi penyelundupan ke negara-negara ASEAN dimaksud,” kataTulus di Jakarta, Kamis (31/3/2022).

Mengutip laman KPDNHEP pada Rabu (30/3/2022), harga bensin terbaru dengan oktan 95 atau RON 95 di Malaysia seharga ringgit Malaysia (RM) 2,05 atau setara dengan Rp6.998 (kurs Rp 3.413) per liter. RON 95 di Malaysia sendiri setara dengan BBM Pertamax.

Dia mengatakan, dengan kondisi harga minyak mentah di pasar internasional yang terus naik, dan pernah menyentuh US$120 per barel, maka rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM jenis Pertamax sudah sangat wajar.

Baca Juga :   ESDM: Setelah Harga Pertalite Naik, Tapi Tetap Dibatasi

Apalagi kenaikan harga BBM sudah menyesuaikan kondisi keekonomian yang terjadi. Saat ini harga Pertamax sebesar Rp9.000 – Rp9.400 per liter. Namun rencananya pemerintah akan menaikkan menjadi Rp14.526 per liter. Sedangkan untuk harga keekonomina BBM RON 92 atau Pertamax itu berada pada angka Rp16.000 per liter pada April 2022.

“Seandainya harga Pertamax harus dinaikkan, walau ini sejatinya merupakan hak aksi korporasi Pertamina, tetapi sebaiknya yang memutuskan dan mengumumkan kenaikan nya adalah pemerintah misalnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan,” ujarnya.

Tulus meminta masyarakat memaklumi rencana kenaikan BBM jenis Pertamax ini. Sebab jika pemerintah khususnya Pertamina tetap mempertahankan harga BBM jenis Pertamax maka akan berpengaruh terhadap APBN. Apalagi saat ini Indonesia masih mengimpor BBM yang tentu menyesuaikan harga minyak mentah dunia.

Baca Juga :   BBM Naik, KAI Kaji Kenaikan Harga Tiket KA

“Pemakai BBM jenis pertamax persentasenya kecil, hanya 12-13 persen. Dengan demikian, dampak kenaikan kecil potensinya pada inflasi. Lain halnya jika yang dinaikkan adalah BBM jenis pertalite, potensi memicu inflasinya cukup tinggi sebab tingkat pemakaiannya mencapai 76 persen,” jelasnya.

Selain itu, kenaikan Pertamax tidak akan berpengaruh besar karena BBM jenis ini tidak digunakan oleh angkutan umum. Pengguna jenis BMM oktan 92 adalah kendaraan bermotor pribadi roda empat, dan sebagian kecil roda dua.

“Harga BBM dengan nilai oktan 92 memiliki harga terendah di ASEAN,” katanya. (pia)

MIXADVERT JASAPRO