Ekbis  

Imbas Perang Rusia-Ukraina, Ekonomi Global Bisa Lesu

JagatBisnis.com – Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,4 persen menjadi 4,2 persen. Penurunan ekonomi global terjadi akibat konflik yang masih terus terjadi antara Rusia dan Ukraina. Bahkan kalau berlanjut terus, bisa juga turun ke level 3,8 persen.

“Semua ini, lagi-lagi tergantung pada seberapa lama eskalasi ini berlanjut,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (17/3/2022).

Dia menjelaskan, eskalasi ketegangan geopolitik yang diikuti dengan pengenaan sanksi berbagai negara terhadap Rusia mempengaruhi transaksi perdagangan, pergerakan harga komoditas, dan pasar keuangan global, di tengah penyebaran Covid-19 yang mulai mereda.

Baca Juga :   Rusia Usir Diplomat Top AS dari Moskow

“Pertumbuhan berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, Tiongkok, dan India pun berpotensi lebih rendah dari proyeksi sebelumnya,” tegasnya.

Menurutnya, volume perdagangan dunia juga berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan risiko tertahannya perbaikan perekonomian global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung.

“Harga komoditas global meningkat, termasuk komoditas energi, pangan, dan logam, sehingga memberikan tekanan pada inflasi global,” ucap dia.

Baca Juga :   1.000 Tentara Inggris Disiapkan untuk NATO

Dia menerangkan, eskalasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina tersebut menambah ketidakpastian pasar keuangan global. Selain itu, karena kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dan percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju lainnya, sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi.
“Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal, seiring dengan risiko pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman atau safe haven asset dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia,” imbuhnya.

Baca Juga :   Jill Biden Kunjungi Ibu Negara Ukraina di Kyiv yang Dibom Rusia

Meski begitu, lanjut Perry, pertumbuhan ekonomi domestik masih kuat seiring dengan meredanya penyebaran Covid-19 varian Omicron di tengah meningkatnya risiko geopolitik Rusia-Ukraina. Sehingga diprediksikan masih dalam rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen pada tahun ini.

“Diperkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi non bangunan serta tetap positifnya pertumbuhan konsumsi pemerintah,” tutup Perry. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO