Inilah Ciri-ciri Penceramah Radikal versi BNPT

JagatBisnis.com-Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) membeberkan ciri-ciri penceramah yang memiliki paham radikalisme. Hal itu merespons pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyinggung soal penceramah radikal dalam Rapat Pimpinan TNI-Polri beberapa hari lalu.

Direktur Pencegahan BNPT Brigadir Jenderal Ahmad Nurwakhid menilai pernyataan Presiden Jokowi yang menyinggung soal penceramah radikal itu merupakan peringatan kuat untuk meningkatkan kewaspadaan nasional. Sehingga hal itu harus ditanggapi serius oleh seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan masyarakat pada umumnya tentang bahaya radikalisme.

“Sejak awal kami sudah menegaskan persoalan radikalisme harus menjadi perhatian sejak dini karena sejatinya radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme. Radikalisme merupakan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama,” kata Nurwakhid, Minggu (6/3/2022).

Baca Juga :   Anies dan Jokowi Bertemu di Istana Negara

Sementara itu, untuk mengetahui penceramah radikal, Nurwakhid mengurai beberapa indikator yang bisa dilihat dari isi materi yang disampaikan bukan tampilan penceramah. Setidaknya ada lima indikator yang disampaikannya. Pertama, mengajarkan ajaran yang anti Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional. Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.

“Ketiga, menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, hate speech, dan sebaran hoaks,” terangnya.
Keempat, lanjut dia, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). Kelima, biasanya memiliki pandangan anti budaya ataupun anti kearifaan lokal keagamaan.

Baca Juga :   Jokowi: Peran UMKM dan Perempuan Mampu Wujudkan Ekonomi yang lnklusif

“Mengenali ciri-ciri penceramah jangan terjebak pada tampilan, tetapi isi ceramah dan cara pandang mereka dalam melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan, dan keragaman,” bebernya.

Nurwakhid menegaskan, strategi kelompok radikalisme bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat. Ada tiga strategi yang dilakukan oleh kelompok radikalisme.

“Pertama, mengaburkan, menghilang, bahkan menyesatkan sejarah bangsa. Kedua, menghancurkan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Ketiga, mengadu domba di antara anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan Isu SARA,” tuturnya.

Baca Juga :   Anies Klaim Tidak Pernah Putus Komunikasi dengan Jokowi

Menurut dia, strategi ini dilakukan dengan melakukan politisasi agama yang digunakan untuk membenturkan agama dengan nasionalisme dan agama dengan kebudayaan luhur bangsa. Proses penanamanya dilakukan secara masif di berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk melalui penceramah radikal tersebut.

“Inilah yang harus menjadi kewaspadaan kita bersama dan sejak awal untuk memutus penyebaran infiltrasi radikalisme ini salah satunya adalah jangan asal pilih undang penceramah radikal ke ruang-ruang edukasi keagamaan masyarakat,” pungkasnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO