Tanggapan YLKI soal Babi di China Makan Kedelai

JagatBisnis.com – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut, naiknya harga kedelai di Indonesia terjadi karena adanya masalah di negara importir, seperti China. Karena negara itu juga membutuhkan kedelai dalam jumlah besar. Ada sekitar 5 miliar ekor babi baru yang diberi makan kedelai.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menjelaskan, pernyataan Menteri Perdagangan itu tidak mencerminkan baiknya kinerja pemerintah. Karena Menteri Perdagangan hanya bisa menyalahkan kondisi negara importir.

“Saya heran, kenapa jadi China dan babinya yang dijadikan kambing hitam? Aneh, mestinya mawas diri dan evaluasi, kenapa kita masih menjadi importir abadi kedelai,” ucapnya, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga :   Mendag: Industri Kopi Berkembang, Kesejahteraan Petani Harus Terangkat

Dia menjelaskan, saat ini 90 persen kedelai yang digunakan sebagai bahan tempe goreng dan tempe mendoan bahan bakunya masih impor. Apalagi, kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya 3 juta ton. Sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya.

Baca Juga :   Wamendag: Bursa Kripto Menjadi Keharusan untuk Diwujudkan

“Untuk mencukupi kebutuhan nasional akan kedelai, pemerintah kemudian melakukan impor dari beberapa negara. Ini musabab utamanya, jangan lempar tanggung jawab. Mana daulat kedelai, mana daulat pangan? Buktikan janjinya,” pungkasnya. (*/eva)

MIXADVERT JASAPRO