Serangan Gelombang Ketiga Flu Afrika Sebanyak 44 Ribu Babi di Kalbar Mati

JagatBisnis.com – Dinas Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan wilayah Kalimantan Barat, menemukan sebanyak 44.322 ekor babi mati, karena terserang flu Afrika di beberapa wilayah Kalbar. Data ini dirilis pada 8 Februari 2022.

Kematian babi tersebut merupakan gelombang ketiga, dari 10 Kabupaten Kota yang ada di Kalbar, di antaranya adalah Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Landak, Bengkayang, Mempawah, Singkawang, dan Kubu Raya.

Penyakit African Swine Fever atau ASF, ASF merupakan penyakit menular yang mematikan pada babi, yang disebakan oleh virus. Virus ASF termasuk DNA yang memiliki spesifikasi asfviridae. Penyakit virus yang satu ini bukan penyakit zoonosis yang mampu menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya, namun memiliki tingkat kematian hingga mencapai 100 persen.

Hingga saat ini penyakit ASF belum ada obatnya, dan belum ditemukannya vaksin. Penyakit ini dapat berdampak pada kerugian ekonomi dan sosial.

“Untuk Kalimantan Barat sendiri, kasus pertama kali di Kabupaten Kapuas Hulu, Desa Datah Dian, pada September 2021, dan menyebar ke Kabupaten Sintang dan Melawi,” jelas Kepala Dinas Pangan Peternakan dan Kesehatan Hewan wilayah Kalbar, M Munsif, Kamis, 17 Februari 2022.

Tindakan yang dilakukan dalam upaya pengendalian adalah menginformasikan Edaran Gubernur Ke Bupati dan Wali Kota Se-Kalimantan Barat tentang Kewaspadaan penyakit ASF.

Pada Gelombang Pertama (September 2021) kasus kematian babi terjadi di 3 Kabupaten, tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu, Sintang dan Melawi terjadi kematian sebanyak 460 Ekor.

Pada Gelombang Kedua pada Desember 2021 total kematian mencapai angka 11.845 ekor, dengan kabupaten yang terdampak penyakit ASF bertambah dari Kapuas Hulu, Sintang, Melawi menjadi Kabupaten Landak, Mempawah, Kubu Raya dan Singkawang,

Pada Gelombang ke 3 (31 januari 2022) total kematian bertambah menjadi 17.845 ekor, dan terjadi lonjakan pada 8 Februari 2022 menjadi 44.321 ekor dengan wilayah terdampak menjadi 10 Kabupaten Kota.

“Daerah yang paling terdampak dengan adanya ASF berdasarkan data yang terangkum wilayah yang paling merasakan dampak kejadian penyakit ASF adalah Sanggau dengan jumlah kematian mencapai 24.216 ekor, di ikuti Sintang 7.030 ekor, Landak 6.318 ekor dan Mempawah 3.416 ekor,” paparnya.

Pada ternak babi ciri-ciri penyakit ASF adalah adanya tanda merah kebiruan pada kulit, muntah, dan terjadi perdarahan pada seluruh organ, diawali dengan limpa serta keluar darah dari lubang alami.

“Kejadian awal penyakit ASF selalu diawali dengan tidak mau makan dan lemas. Ciri-ciri penyakit ASF ini menyerupai CSF/Hog Cholera namun tingkat mortalitas mencapai 100 persen,” terangnya.

Faktor penularan sendiri terjadi dengan kontak langsung yaitu terinfeksi dari babi yang terpapar virus ASF, dan kontak tidak langsung melalui sweeling feeding, pakan, orang, dan vektor seperti serangga.

“Lalu lintas ternak babi melalui jalur legal, panic selling. Lalu lintas produk babi melalui jalur legal, disparitas harga. Lalu lintas fomite (kendaraan, orang). Kontaminasi pakan. Babi liar,” ungkapnya. (pia)

MIXADVERT JASAPRO