Ekbis  

Indeks Nasdaq di Wall Street Meroket 469,31 Poin

JagatBisnis.com – Saham-saham AS lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (1/2/2022) pagi WIB, akhir bulan yang bergejolak untuk Wall Street. Indeks Nasdaq yang padat teknologi nyaris menghindari awal terburuk tahun ini dan S&P 500 mencatat kinerja Januari terlemah sejak 2009.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 406,39 poin atau 1,17 persen, menjadi menetap di 35.131,86 poin. Indeks S&P 500 bertambah 83,7 poin atau 1,89 persen, menjadi berakhir di 4.515,55 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 469,31 poin atau 3,41 persen, menjadi ditutup di 14.239,88 poin.

Semua dari 11 sektor utama S&P berakhir di zona hijau, dipimpin oleh kenaikan 3,8 persen pada saham-saham konsumer non-primer (consumer discretionary). Kenaikan dipimpin oleh Tesla yang melonjak 10,7 persen setelah Credit Suisse menaikkan peringkat saham pembuat mobil listrik menjadi “outperform”.

Namun untuk Januari, consumer discretionary adalah sektor dengan kinerja terburuk, tergelincir 9,7 persen. Secara keseluruhan, hanya sektor energi yang mengakhiri bulan di wilayah positif, dibantu oleh harga minyak yang mencapai level tertinggi sejak Oktober 2014 pada Jumat (28/1/2022).

Baca Juga :   Ini Perkembangan Pasar Keuangan Terkini yang Harus Diketahui Para Pelaku Pasar dan Investor

Secara keseluruhan, S&P 500 mengalami bulan terburuk sejak kejatuhan akibat pandemi pada Maret 2020.

Valuasi saham pertumbuhan dan teknologi telah mendapat sorotan yang meningkat, karena investor khawatir tentang perusahaan yang diperdagangkan dengan valuasi yang tinggi pada saat Federal Reserve AS akan mulai menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi dan menarik langkah-langkah stimulus pandemi.

Pada perdagangan Senin pagi, Nasdaq berada di jalur untuk melampaui rekor kinerja bulan pembukaan terburuk, ketika turun 9,89 persen pada 2008. Namun, setelah kenaikan satu hari terbaik sejak Maret 2021, ditutup pada Januari merosot 8,99 persen.

“Pada akhirnya, suku bunga akan bergerak lebih tinggi, dan perusahaan-perusahaan dengan kelipatan tinggi harus diperdagangkan lebih rendah,” kata Decio Nascimento, kepala investasi Norbury Partners.

Baca Juga :   Bursa Wall Street Melambung Setelah Indeks S&P 500 Capai Rekor Tertinggi

Dia menambahkan bahwa, dengan biaya seperti kenaikan upah, akan ada peningkatan fokus investor pada sektor-sektor yang dapat menangani tekanan inflasi dengan lebih baik, dengan lebih sedikit ruang bagi perusahaan yang menjanjikan pertumbuhan di masa depan tetapi saat ini menghasilkan arus kas negatif.

Federal Reserve AS pekan lalu mengisyaratkan niatnya untuk memerangi inflasi tinggi selama empat dekade dengan menaikkan suku bunga utama lebih agresif daripada yang diperkirakan banyak pelaku pasar.

Pedagang dana Fed berjangka memperkirakan hampir lima kenaikan suku bunga hingga akhir tahun, dengan beberapa bank, seperti Bank of America sekarang mengincar tujuh kenaikan tahun ini.

“Apa yang Fed lakukan minggu lalu adalah untuk memperluas spektrum kemungkinan berapa suku bunga naik dalam satu atau dua tahun, jadi ketika Anda melakukan itu, Anda akan menciptakan volatilitas dalam ekuitas” kata Nascimento dari Norbury Partners.

Baca Juga :   Ini Perkembangan Pasar Keuangan Terkini yang Harus Diketahui Para Pelaku Pasar dan Investor

Ketegangan geopolitik telah menambah ketidakpastian pasar, dengan AS dan sekutunya mengancam Rusia dengan sanksi ekonomi baru jika menyerang Ukraina.

Boeing Co melonjak 5,1 persen, setelah pembuat pesawat AS itu mendapatkan pesanan peluncuran dari Qatar Airways untuk versi kargo baru dari jet penumpang 777X dan pesanan sementara untuk jet 737 MAX.

Saham Citrix Systems Inc anjlok 3,4 persen setelah perusahaan perangkat lunak itu mengatakan telah setuju untuk diambil alih senilai 16,5 miliar dolar AS termasuk utang oleh afiliasi Elliott Management dan Vista Equity Partners.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 12,67 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,37 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.(pia)

MIXADVERT JASAPRO