Harga Alat Pendeteksi Corona Rp 1 Miliar

JagatBisnis.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah resmi menerbitkan izin edar untuk alat uji deteksi virus corona SARS-CoV-2 dengan metode RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification). Alat ini merupakan proyek penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Namun dalam prosesnya, ternyata banyak kendala yang dilalui oleh para peneliti, mulai dari ketersediaan alat hingga harga yang mahal.
Salah satu peneliti kimia BRIN Tjandrawati Mozef mengatakan, pada saat riset mengenai RT-LAMP, ia bersama rekan-rekannya walaupun sudah dibantu secara penuh oleh jajaran BRIN, nyatanya kebutuhan di pasar untuk reagen PCR agak sulit dicari dan alatnya juga tidak sebanyak saat ini karena terbilang cukup mahal hingga mencapai 1 miliar.

“Meskipun alatnya sudah ada di Serpong, ini bisa dibilang apa namanya baru dipakai karena pandemi kemarin, termasuk alat yang mahal karena lebih dari 1 M (miliar) ya harganya,” kata Tjandra saat diskusi secara virtual, Selasa (18/1).

Tentu ini menjadi persoalan. Lalu, apakah alat ini nantinya bisa disebar ke seluruh Indonesia?

“Dan itu juga menjadi kendala di saat kita memiliki kebutuhan untuk bisa mentrack orang yang yang terindikasi positif. Jadi dalam hal mitigasi pada saat itu sangat menjadi kendala. Jadi intinya kami disini memulai riset karena melihat dari sisi kebutuhan dan alhamdulillah disupport penuh oleh pimpinan,” tambahnya.

Selain itu, Tjandra menegaskan bahwa dengan adanya RT-LAMP saat ini dapat memberikan kecepatan testing kepada masyarakat tanpa mengurangi akurasi hasil daripada tes corona ke depannya.

“Waktunya makin singkat, deteksinya juga makin akurat, kemudian juga bikin simpel. Jadi teknologi RT-LAMP ini sangat fleksibel dan sangat terbuka untuk inovasi-inovasi tersebut,” ungkapnya.

Tjandra berharap dengan apa yang telah dilakukan dirinya bersama rekan-rekan peneliti lainnya dalam hal riset RT-LAMP tersebut dapat memudahkan tenaga kesehatan untuk melakukan testing serta memutus rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia.

“Jadi sekarang dengan adanya pandemi seperti ini kami mau tidak mau harus saling menguasai teknologi ini, kita juga harapkan tidak muncul pandemi yg lain, insyaallah kita jadi lebih siap,” pungkasnya.

Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target, reaksi RT-LAMP berlangsung secara isothermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR. BRIN percaya diri dengan akurasi RT-LAMP yang menurut mereka sangat baik.

Invensi RT-LAMP berupa paten terdaftar P00202110865 yang memilikidesain sistem menggunakan 2 gen target ORF dan gen N, 6 set primer, enzim reverse transcriptase, enzim polimerase; dengan sistem deteksi berbasis turbiditas.

Metode temuan periset BRIN tersebut dikembangkan sejak bulan Maret 2020 bersama mitra PT Biosains Medika Indonesia, yang saat itu akan melakukan komersialisasi produk. Kini RT-LAMP telah memiliki Nomor Izin Edar Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Kemenkes RI AKD 2030322XXXX. Izin edar produk dengan merek dagang Qi-LAMP-O ini berlaku sampai dengan Januari 2027.(pia)

MIXADVERT JASAPRO