Baju Perang Berusia 2.500 Tahun Kembali Ditemukan di China

JagatBisnis.com – Tim arkeolog yang sedang melakukan pengalian di situs pemakaman kuno Yanghai kembali menemukan sebuah baju perang yang terbuat dari kulit. Ini adalah penemuan kedua karena sebelumnya tim juga menemukan hal serupa di lokasi situs arkeologi di dekat kota Turfan, yang terletak di tepi Gurun Taklamakan.

Kepala peneliti dari Institut Studi Asia dan Oriental dari Universitas Zurich yang berkantor di Beijing, Patrick Wertmann mengatakan, ini adalah baju perang satu ukuran yang di desain sangat ringan dari kulit. Temuan itu hampir sama dengan penemuan sebelumnya.

“Kemungkinan baju perang itu dibuat secara massal untuk prajurit kuno,” katanya seperti dikutip Live Science, Rabu (12/01/2022).

Baca Juga :   Belasan Ibu Muda di Medan Rela Kirim Foto Bugil Demi Rp5 Juta

Menurut dia, tidak ada catatan sejarah tentang orang-orang yang bermukim di Lembah Tarim. Sejarawan China kuno menyebut orang-orang di Lembah Tarim sebagai orang-orang Cheshi. Orang-orang itu tinggal di tenda-tenda, mempraktikkan pertanian, memelihara hewan seperti sapi dan domba, dan mahir berkuda.

“Mereka ini mahir berkuda dan memanah,” kata Wertmann.

Sementara itu, peneliti lainnya, Mayke Wagner menambahkan, baju perang itu merupakan contoh awal bionik, atau mengambil inspirasi dari alam untuk teknologi manusia. Karena baju perang itu dapat memperkuat tubuh manusia. Sehingga dapat membuat pertahanan yang lebih baik dari pukulan, tusukan, dan tembakan.

Baca Juga :   3 Orang Tewas dan Puluhan Lainya Luka-luka akibat Ledakan Bom di Pakistan

“Temuan ini menunjukkan, orang kuno menggunakan kuburan terus menerus selama hampir 1.400 tahun, dari abad ke-12 SM. Penduduk desa setempat telah menemukan kuburan kuno itu pada awal 1970-an. Sejak tahun 2003, para kami telah menggali lebih dari 500 kuburan di lokasia tersebut termasuk kuburan dengan pelindung kulit,” terangnya.

Dia mengungkapkan, saat melakukan restorasi baju perang tersebut, pakaiaan itu memakai 5.444 sisik kulit kecil dan 140 sisik yang lebih besar. Menurut rekonstruksi tim, baju besi itu memiliki berat hingga 5 kilogram.

Baca Juga :   Tak Ada Sanksi Tegas, Israel Terus Berulah

“Duri tanaman yang menempel di baju besi memberikan tanggal radiokarbon 786 SM sampai 543 SM. Artinya, baju itu lebih tua dari baju perang yang dikenakan oleh prajurit Persia,” imbuh Wagner.

Wagner menambahkan, melihat keunikan dari baju perang tersebut kemungkinan baju itu tidak dibuat di China. Kemungkinan, baju perang dari kulit itu diproduksi di Kekaisaran Neo-Asyur atau daerah tetangga.

“Baju itu melindungi bagian depan, pinggul, samping kiri dan punggung bawah. Tampaknya pakaian yang sempurna untuk para pejuang dan prajurit berkuda, yang harus bergerak cepat dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri,” tutupnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO