AS Tambah Sanksi untuk China Terkait Pelanggaran HAM Muslim Uighur

JagatBisnis.com – Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi baru kepada China. Sanksi itu terkait kasus pelanggaran kepada muslim Uighur, Xinjiang, yang menjadi penduduk minoritas di negeri Tirai Bambu itu.

Dilansir Associated Press, Jumat (17/12/2021), sanksi terbaru yang dijatuhkan oleh Departemen Perdagangan AS ini menargetkan Akademi Ilmu Medis Militer China dan 11 institut penelitian China yang fokus menggunakan bioteknologi untuk mendukung militer China.

Sanksi ini akan melarang perusahaan-perusahaan AS menjual komponen-komponen kepada entitas-entitas tersebut tanpa izin resmi.

“Upaya secara ilmiah untuk inovasi bioteknologi dan medis bisa menyelamatkan nyawa. Namun disayangkan, RRC (Republik Rakyat China) memilih untuk menggunakan teknologi-teknologi ini untuk mengupayakan kontrol atas rakyatnya dan penindasan anggota kelompok minoritas etnis dan keagamaan. Kita tidak bisa membiarkan komoditas, teknologi dan software AS yang mendukung inovasi ilmiah medis dan bioteknis dialihkan ke penggunaan yang bertentangan dengan keamanan nasional AS,” kata Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, dalam pernyataannya.

Baca Juga :   Alasan Indonesia Tak Ada di Daftar 43 Negara Kecam China Terkait Uighur

Menurut seorang pejabat pemerintahan senior AS yang enggan disebut namanya, Departemen Keuangan AS juga menjatuhkan hukuman terhadap sejumlah entitas China.

Pejabat itu menekankan bahwa intelijen AS telah menetapkan bahwa otoritas China menggunakan sistem pengawasan teknologi canggih di seluruh wilayah Xinjiang yang menggunakan pengenalan wajah biometrik.

Baca Juga :   Laporan Terbaru, China Dituding Ingin Musnahkan Etnis Uighur

Otoritas China dilaporkan juga telah mengumpulkan sampel-sampel DNA dari seluruh warga, yang berusia 12-65 tahun, di Xinjiang sebagai bagian dari upaya sistematis untuk menindas Uighur.

Menurut Departemen Perdagangan AS, kajian banyak badan federal menetapkan bahwa akademi dan institut penelitian di China ‘menggunakan proses bioteknologi untuk mendukung militer China dalam mengakhiri penggunaan dan mengakhiri para pengguna, termasuk mencakup senjata yang diklaim mengendalikan otak’.

Pekan lalu, AS melalui Departemen Keuangan mengumumkan larangan untuk investasi AS terhadap perusahaan pengenalan wajah China, SenseTime, terkait kekhawatiran bahwa tindakan itu digunakan untuk menindas Uighur.

Sanksi AS juga berlanjut pada bidang olahraga. Gedung Putih dan sejumlah sekutunya memboikot diplomatik pelaksanaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing, China, yang akan digelar Februari 2022, sehingga AS tidak akan mengirimkan delegasi pejabat. Namun para atlet tetap berkompetisi dalam Olimpiade tersebut.

Baca Juga :   Muslim Uighur yang Terlupakan Dikurung di Thailand

Pekan ini, pemerintah AS menyatakan dukungan untuk legislasi bipartisan yang melarang impor ke AS dari Xinjiang kecuali perusahaan-perusahaan itu bisa membuktikan bahwa produk yang diimpor tidak diproduksi dengan kerja paksa.

Otoritas China membantah semua tuduhan pelanggaran HAM dan penindasan terhadap Uighur di Xinjiang, dan menegaskan bahwa langkah-langkah perlu diambil untuk memerangi terorisme dan gerakan separatis.(pia)

MIXADVERT JASAPRO