Jakarta Diprediksi akan Tenggelam 2050

JagatBisnis.com –  Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memproyeksi DKI Jakarta akan tenggelam pada 2050. Hal itu karena adanya perubahan iklim, kenaikan permukaan laut (sea level rise) dan penurunan permukaan tanah (land subsidence).

Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Eddy Hermawan, tenggelamnya Jakarta, karena beberapa daerah di Jakarta merupakan kawasan rawa di zaman dahulu. Sehingga menjadi salah satu penyebab lokal yang memang sudah merupakan faktor pendukung alami bikin potensi Jakarta tenggelam bisa terjadi.

“Memang Jakarta itu kota-kotanya ada rawa-rawa, seperti Rawamangun, Rawa Bunga, daerah tempat menampung air sebetulnya,” imbuhnya.

Baca Juga :   Air Laut Tinggi, Jakarta Terancam Tenggelam

Sementara itu, Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi BRIN, Robert Delinom menambahkan, penurunan tanah di Jakarta karena sifat bebatuan yang masih muda atau lembek, terutama di pantai utara Jakarta (Pantura). Selain itu, penurunan tanah yang terjadi di Jakarta juga terjadi karena kompaksi buatan, pengambilan air tanah, pembangunan, dan aktivitas tektonik.

Baca Juga :   Jakarta Diprediksi Tenggelam di Tahun 2050

“Meski demikian tidak semua wilayah Jakarta terdiri dari tanah lembek, sehingga besaran penurunan tanah di setiap daerah pun berbeda. Salah satu daerah yang mengalami penurunan tanah secara signifikan yakni kawasan Sunda Kelapa, sejak 1914 muka air laut sungai Ciliwung telah turun 2,2 meter pada 2011. Kami menghitung daerah tersebut mengalami penurunan permukaan bisa mencapai 17 cm per tahun. Hal itu karena sifat batuan yang lembek, penurunan permukaan semakin cepat,” ungkapnya.

Baca Juga :   BRIN Dukung Kolaborasi Industri dan Peneliti Ciptakan Ekosistem Riset

Dia menerangkan, laju penurunan tanah di Jakarta dan kota lain di kawasan Pantura bisa direm dengan mencegah kerusakan lingkungan dan melakukan strategi yang bersifat adaptif seperti pembuatan bitting gesik dan hutan mangrove untuk mencegah SRL dan penurunan tanah terjadi.

“Perlu dipertimbangkan pembuatan bitting gesik dan hutan mangrove karena telah terbukti cukup efektif dalam meredam laju masuknya rob ke daratan,” tutupnya. (*/esa)

MIXADVERT JASAPRO