Tekno  

Google Tutup Rapat Akses Email Akun Pemerintah Taliban

JagatBisnis.com – Google terkini ini dikabarkan untuk sementara durasi mengancing sejumlah akun e- mail terkait Penguasa Afghanistan yang terjatuh. Perihal ini dilakukan karena Taliban diduga kokoh sedang melacak jejak digital yang dibiarkan oleh para mantan administratur dan mitra global mereka.

Keterangan itu disampaikan oleh seorang pangkal yang mengenali masalah itu, semacam dikabarkan Reuters, Sabtu (4/9/2021) pagi. Sejak Taliban mengutip ganti rezim Kepala negara Ashraf Ghani per 15 Agustus, Taliban dikabarkan telah mengambil perangkat biometrik tentara AS yang bisa menolong mengenali masyarakat Afghanistan yang menolong gerombolan AS dan koalisinya.

Dilansir dari The Intercept, perangkat yang dikenal sebagai Perlengkapan Penemuan Bukti diri Antar- Lembaga Kepal( HIIDE) itu disita pada minggu lalu selama serbuan Taliban. Seorang administratur Aba- aba Pembedahan Spesial Kombinasi dan 3 mantan personel tentara AS mengatakan, perihal itu membahayakan karena informasi sensitif di dalamnya bisa digunakan Taliban untuk berburu musuh- musuh mereka.

Baca Juga :   Sering-sering Buka Akun Google Kamu agar File Tidak Dihapus

Perangkat HIIDE bermuatan pengenalan informasi biometrik semacam pemindaian sayat mata dan periksa jemari, dan informasi memoar. HIIDE digunakan untuk mengakses database terkonsentrasi yang besar. Tidak jelas berapa banyak database biometrik tentara AS tentang populasi Afghanistan yang telah dikumpulkan.

Kala melacak orang ataupun kelompok teroris dan anggota Taliban, tentara AS meminta informasi dari masyarakat Afghanistan. Informasi biometrik tentang masyarakat Afghanistan yang menolong AS pula banyak digabungkan dan digunakan untuk kartu bukti diri. Jika informasi sensitif semacam ini terakses Taliban, dikhawatirkan masyarakat terkait dapat jadi sasaran Taliban.

Dalam sebuah statment pada hari Jumat, Google Alphabet Inc mengonfirmasi kalau akun rezim Ashraf Ghani sedang dikunci. Industri sedang memantau suasana di Afghanistan dan” mengutip tindakan sementara untuk mengamankan akun yang relevan”.

Seorang karyawan rezim Ghani mengatakan, Taliban sedang berupaya mendapatkan surel- surel mantan administratur. Akhir bulan lalu, pegawai itu mengatakan, Taliban telah memintanya untuk menaruh informasi di server departemen tempat ia bertugas.” Jika aku menurutinya, mereka akan mendapatkan akses ke informasi dan komunikasi sah departemen sebelumnya,” tutur pegawai itu.

Baca Juga :   KPPU Selidiki Google atas Dugaan Praktik Monopoli

Karyawan penguasa itu mengatakan, ia tidak menaati dan sejak itu beliau bersembunyi. Reuters tidak mengenali laki- laki itu ataupun mantan kementeriannya karena membahayakan keselamatannya.

Memo pengalih pesan yang ada untuk biasa membuktikan, sekitar 2 dua belas buah badan penguasa yang terjatuh oleh Afghanistan menggunakan server Google untuk menanggulangi surel sah, termasuk departemen finansial, pabrik, pembelajaran besar, dan pertambangan. Kantor aturan kepresidenan pula menggunakan Google, semacam dilakukan sebagian badan penguasa wilayah.

Dasar informasi dan surel penguasa menaruh seluruh informasi tentang karyawan rezim sebelumnya, semacam mantan menteri, kontraktor penguasa, kaum kawan, dan mitra asing. Jika Taliban bisa memahami seluruh informasi itu, hampir tentu pula mereka bisa mengetahui pejabat- pejabat ataupun pihak mana saja yang selama ini diucap sebagai kompetitor.

Baca Juga :   Virus Corona hingga Pra Kerja Rajai Pencarian Google 2020

”( Informasi) ini akan memberikan banyak informasi yang jelas,” tutur Chad Anderson, periset keamanan di industri intelijen internet DomainTools, yang menolong Reuters dalam mengenali departemen mana melaksanakan program surel yang mana.

” Dengan cuma memiliki catatan pegawai di Google Sheet, dapat jadi masalah besar,” tuturnya.

Memo pengalih pesan membuktikan kalau layanan surel Microsoft Corp pula digunakan oleh sebagian lembaga rezim terjatuh Afghanistan, termasuk departemen luar negara dan kepresidenan. Tetapi, tidak jelas tahap apa, jika terdapat, yang didapat industri perangkat lunak untuk menghindari informasi jatuh ke tangan Taliban. Microsoft menolak berpendapat.

Anderson mengatakan, usaha Taliban untuk mengatur prasarana digital ciptaan AS pantas diwaspadai dan diperhatikan. Informasi intelijen yang didapat dari prasarana itu, tuturnya,” mungkin jauh lebih bernilai untuk penguasa pendatang baru daripada helikopter berumur.” (pia)

MIXADVERT JASAPRO