Sinovac Diklaim Naikkan Imun Hingga 23 Kali Lipat

jagatBisnis.com — Vaksin Covid-19 buatan Sinovac diklaim dapat menimbulkan imunogenisitas atau kekebalan terhadap virus corona sampai 23 kali lipat. Sedangkan, standar minimal vaksin itu akan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus 4 kali lipat. Angka itu berdasarkan rata-rata hasil uji klinik di Bandung. Sehingga vaksin itu dijamin dapat melindungi tubuh dari virus Covid-19.

Demikianlah dikatakan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (14/01/2021).

Dia menjelaskan, pihaknya akan mengecek secara berkala tingkat kekebalan orang yang divaksinasi. Karena, ada kemungkinan tingkat kekebalan itu turun selama waktu berjalan. Untuk sementara, penurunan tingkat kekebalan dari relawan uji klinis fase 3 vaksin Sinovac di Bandung tak signifikan. Selama 3 bulan uji klinis, jumlah orang yang tak lagi punya imunogenisitas 4 kali lipat hanya berkurang 0,4 persen.

“Kami juga berkaca pada hasil uji klinis fase 1 dan 2 Sinovac di China. Hingga 6 bulan pascavaksinasi, masih ada 80 persen relawan yang punya kekebalan minimal 4 kali lipat. Kami masih menunggu hasilnya nanti Maret 6 bulan (pascavaksinasi di Bandung), berapa persen. Kalau berdasarkan fase 1-2 di China masih 80 persen, jadi masih bagus, masih tinggi,” ujarnya.

Dia memaparkan, pihaknya memiliki kewenangan menghentikan vaksinasi Covid-19 jika ada efek samping yang membahayakan masyarakat. Penghentian vaksinasi ini dilakukan setelah pihaknya menggelar investigasi. Namun, dalam proses investigasi tersebut, bisa juga vaksinasi dihentikan dulu apabila memang ada indikasi.

“Jadi selama investigasi, diberhentikan dulu vaksinasinya. Keputusan menghentikan vaksinasi tak dilakukan sembarangan. Kami harus menerima laporan terlebih dahulu dari Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (Korda KIPI) soal efek samping membahayakan. Lalu, laporan itu akan diteliti secara mendalam oleh para ahli. Jika ada indikasi efek samping membahayakan berasal dari produk vaksin, investigasi baru bisa digelar,” bebernya.

Dia menambahkan, pihaknya bisa menjatuhkan sanksi paling berat jika investigasi membuktikan ada kesalahan dalam produk vaksin. Jika ditemukan, maka penarikan vaksin bisa dilakukan.

“Meski begitu, kami optimistis vaksin produksi Sinovac tidak akan menimbulkan efek berbahaya. Karena, hasil uji klinis fase 3 di Bandung mengungkap tak ada KIPI tingkat berat yang dialami para relawan vaksin. Berdasarkan data-data keamanan yang ada, fase 1, 2, dan 3, dengan tiga bulan ini, seharusnya tidak ada terjadi yang worst case situation,” pungkasnya. (esa/*)

Baca Juga :   BPOM Telusuri Pemasok EG dan DG Bahan Baku Obat Sirup
MIXADVERT JASAPRO