Inilah yang Bikin Jebol Mobile Banking

jagatbisnis.com – Sejumlah bank di Indonesia memberikan akses keleluasaan kepada pelanggan untuk menabung sekaligus bertransaksi secara real time. Salah satunya melalui layanan mobile banking (m-banking) di smartphone. Sayangnya, kenyamanan yang diberikan juga sebanding dengan kerentanan akses m-banking.

Pengamat keamanan siber, Alfons Tanujaya mengatakan dalam sebuah teori dan hukum sekuritas, keamanan dan kenyamanan merupakan 2 hal yang berbanding terbalik. Sehingga pengguna tidak dapat memperoleh kedua hal tersebut secara bersamaan.

“Dalam kasus sekuritas perbankan di era digital, hadirnya m-banking yang dinilai menjadi keputusan dilematis para perbankan. Padahal, sistem digitalisasi perbankan yang lebih aman dalam sekuritasnya adalah internet banking dibandingkan m-banking,” katanya di Jakarta, Sabtu (26/09/2020).

Dia menjelaskan, dalam teknis penggunaan internet banking, pemilik rekening bank tetap bisa melakukan transaksi real time dimanapun berada. Selain itu, dalam tingkat sekuritasnya, internet banking pada umumnya sudah memiliki standar keamanan yang cukup tinggi, dengan memanfaatkan standar otorisasi transaksi finansial yang mengharuskan melalui proses OTP One Time Password atau kata kunci sekali pakai dari kalkulator token internet banking.

“Pengamanan OTP token termasuk ke dalam pengamanan transaksi OTP yang paling aman dibandingkan metode OTP lain seperti menggunakan Google Authenticator, email, Whatsapp atau OTP melalui SMS. Namun rupanya tingkat keamanan tinggi ini masih dirasakan mengurangi kenyamanan dan kemudahan pemilik akun bertransaksi karena harus selalu membawa token untuk menyetujui transaksi perbankan dirasakan merepotkan dan kurang praktis,” paparnya.

Sedangkan, lanjut dia, m-banking dalam penggunaannya memang sangat sederhana. Karena tidak perlu melalui pengamanan transaksi OTP saat melakukan transaksi finansial penting, seperti transfer atau pemindahbukuan dana bank. M-banking sepenuhnya mengandalkan username dan kata kunci, baik dalam bentuk PIN maupun Password.

“Bahkan transaksi kartu kredit yang diproteksi dengan OTP sekali pun masih bisa jebol ketika korbannya tidak sadar dan memberikan kode transaksi karena mengira berbicara dengan pihak customer service bank. Apalagi layanan m-banking yang hanya mengandalkan kata kunci untuk otorisasi transaksi,” imbuhnya.

Dia menilai, perbankan dengan sistem digital seperti m-banking dapat menimbulkan potensi eksploitasi rekening oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan menjadikan pemegang rekening online banking menjadi korban pembobolan misalnya.

“Maka dari itu, m-banking ini lebih rentan dieksploitasi dibandingkan internet banking. Jika memungkinkan gunakanlah internet banking daripada mobile banking. Namun, kalau pengguna terpaksa menggunakan mo-banking yang kurang terjamin keamanannya, ada baiknya pengguna sedikit paranoid dan tidak menyimpan dana utama di rekening m-banking tersebut,” sarannya.

Dia menegaskan, agar pengguna hanya menggunakan m-banking untuk menerima pembayaran saja dan secara teratur pindahkan dana yang berlebih ke rekening lain yang diyakini keamanannya. Selain itu, pengguna juga tidak mudah menyebarkan informasi yang berisi 4 informasi tambang emas digital.

“Keempat informasi tambang emas digital itu meliputi nama bank, nomor rekening, nama pemilik rekening, serta nomor handphone pemilik. Jadi, informasi itu harus benar-benar dirahasiakan,” pungkasnya. (esa/*)

MIXADVERT JASAPRO